Sawi dan kangkung merupakan tumbuhan yang biasanya dijadikan sayuran dalam setiap menu masakan. Bagian yang paling sering dijadikan sayur adalah daunnya. Kebutuhan akan sawi dan kangkung tidak akan pernah habis. Oleh karenanya diperlukan sebuah pembudidayaan secara terus menerus. Salah satu budidaya sawi dan kangkung dapat kita jumpai di Desa Wringinanom Kecamatan Tongas. Budidaya sawi dan kangkung yang diciptakan oleh Kelompok Tani ”Abdi Sentosa” di bawah binaan PPL Kecamatan Tongas ini tidak menggunakan pupuk organik.
”Selama ini masyarakat sini hanya menggantungkan diri kepada tanaman pangan. Dimana hasilnya belum tentu menguntungkan dan harus menunggu lama untuk satu kali panen. Namun jika mencoba inovasi baru budidaya sawi dan kangkung, dalam satu kali tanam kita bisa panen berkali-kali. Intinya, budidaya sawi dan kangkung ini hasilnya cukup menjanjikan,” jelas Koordinator PPL Kecamatan Tongas Mualim.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Probolinggo Hasyim Ashari mengatakan inovasi budidaya tanaman hortikultura terutama sawi dan kangkung ini merupakan salah satu terobosan baru yang diciptakan oleh PPL Kecamatan Tongas. Terbukti, program ini dapat menyerap tenaga kerja. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. “Kita akan terus memberi motivasi kepada PPL untuk terus mengembangkan ide kreatifnya. Langkah ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan, terutama di daerah yang rawan pangan,” ujar Hasyim Ashari.
Sementara Ketua Kelompok ”Abdi Sentosa” Desa Wringinanom Mahmudi didampingi PPL Pendamping Desa Wringinanom Dartono mengatakan melalui upaya budidaya tanaman hortikultura utamanya sawi dan kangkung ini, pendapatan masyarakat semakin bertambah. Sebab inovasi ini mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. “Saat ini kami sudah bekerja sama dengan dua rumah makan besar di Probolinggo. Setiap hari kita mengirim 24 Kg sawi dan 15 Kg kangkung ke satu rumah makan. Kalau dua rumah makan berarti tinggal dikalikan dua saja,” terang Mahmudi.
Lahan yang dimiliki Kelompok Tani ”Abdi Sentoso” Desa Wringinanom seluas 3 hingga 4 hektar. Membudidayakan tanaman sawi dan kangkung ternyata lebih menjanjikan jika dibandingkan tanaman pangan. Secara analisa Mahmudi menjelaskan untuk lahan seluas 380 m2, jika ditanami padi akan memperoleh beras sebanyak 1,2 kwintal. Itupun harus menunggu sekitar tiga bulan untuk bisa panen. Belum lagi perawatannya dan biaya-biaya yang lain.
”Jika dihitung, dalam masa satu kali panen padi, kita akan mendapatkan penghasilan bersih sebesar Rp. 1,2 juta. Bandingkan dengan tanaman sawi. Dalam ukuran luas yang sama, dalam satu kali tanam, kita hanya membutuhkan sebesar Rp. 657 ribu. Namun setelah panen, kita akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 2,5 juta. Tanaman sawi hanya membutuhkan waktu 25 hari untuk bisa dipanen. Jika dibandingkan dengan padi, hasilnya sangat jauh. Disini juga waktunya lebih efisien dan singkat,” jelas Mahmudi.
Hal yang sama juga terjadi pada tanaman kangkung darat. Dalam satu kali tanam, dibutuhkan biaya sebesar Rp. 692 ribu. Namun setelah dipanen akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 2,4 juta. Padahal dalam satu kali tanam, kangkung bisa panen lebih dari satu kali. Umur masa panen tanaman kangkung sama dengan tanaman sawi. “Budidaya tanaman sawi dan kangkung ini dapat membantu perekonomian masyarakat Desa Wringinanom Kecamatan Tongas,” lanjut Mahmudi.
Menurut Mahmudi, sebelum menanam sawi ataupun kangkung, terlebih dahulu tanah diolah dan dibuat bedeg dengan lebar satu meter dan panjang disesuaikan dengan panjang lahan. Setelah itu tanah diratakan hingga halus dan ditaburi pupuk organik. Selanjutnya, lahan tersebut diairi dan didiamkan selama satu minggu. Setelah itu benih sawi bisa langsung ditaburi. ”Supaya taburannya rata, kita biasanya mencampurinya dengan pasir. Setelah satu minggu, jika ada yang terlalu rapat kita pindahkan. Setelah 25 hari kita sudah dapat panen sawi. Untuk ukuran lahan seluas 380 m2, kita membutuhkan benih sebanyak 300 gram,” tambah Mahmudi.
Hal serupa juga dilakukan dalam budidaya tanaman kangkung. Setelah diairi dan didiamkan selama satu minggu, benih kangkung tersebut kita tancapkan ke lahan dengan jarak antara 15 hingga 20 cm. ”Dalam budidaya tanaman ini, kita selalu mengedepankan kualitas tanaman yang dihasilkan. Oleh karenanya kita menggunakan pupuk organik dari pada pupuk an organik,” ungkap Mahmudi.
Tanaman sawi dan kangkung yang menggunakan pupuk organik rasanya lebih enak dan punel, lebih tahan disimpan dan tidak mudah layu. Selain itu, juga tidak mudah patah. ”Budidaya tanaman sawi dan kangkung ini telah banyak membantu meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Wringinanom, terutama yang tergabung dalam Kelompok Tani Abdi Sentosa. Mudah-mudah, pasar penjualan sawi dan kangkung ini bisa lebih luas lagi,” harap Mahmudi. (Probolinggokab.go.id)
”Selama ini masyarakat sini hanya menggantungkan diri kepada tanaman pangan. Dimana hasilnya belum tentu menguntungkan dan harus menunggu lama untuk satu kali panen. Namun jika mencoba inovasi baru budidaya sawi dan kangkung, dalam satu kali tanam kita bisa panen berkali-kali. Intinya, budidaya sawi dan kangkung ini hasilnya cukup menjanjikan,” jelas Koordinator PPL Kecamatan Tongas Mualim.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Probolinggo Hasyim Ashari mengatakan inovasi budidaya tanaman hortikultura terutama sawi dan kangkung ini merupakan salah satu terobosan baru yang diciptakan oleh PPL Kecamatan Tongas. Terbukti, program ini dapat menyerap tenaga kerja. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. “Kita akan terus memberi motivasi kepada PPL untuk terus mengembangkan ide kreatifnya. Langkah ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan, terutama di daerah yang rawan pangan,” ujar Hasyim Ashari.
Sementara Ketua Kelompok ”Abdi Sentosa” Desa Wringinanom Mahmudi didampingi PPL Pendamping Desa Wringinanom Dartono mengatakan melalui upaya budidaya tanaman hortikultura utamanya sawi dan kangkung ini, pendapatan masyarakat semakin bertambah. Sebab inovasi ini mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. “Saat ini kami sudah bekerja sama dengan dua rumah makan besar di Probolinggo. Setiap hari kita mengirim 24 Kg sawi dan 15 Kg kangkung ke satu rumah makan. Kalau dua rumah makan berarti tinggal dikalikan dua saja,” terang Mahmudi.
Lahan yang dimiliki Kelompok Tani ”Abdi Sentoso” Desa Wringinanom seluas 3 hingga 4 hektar. Membudidayakan tanaman sawi dan kangkung ternyata lebih menjanjikan jika dibandingkan tanaman pangan. Secara analisa Mahmudi menjelaskan untuk lahan seluas 380 m2, jika ditanami padi akan memperoleh beras sebanyak 1,2 kwintal. Itupun harus menunggu sekitar tiga bulan untuk bisa panen. Belum lagi perawatannya dan biaya-biaya yang lain.
”Jika dihitung, dalam masa satu kali panen padi, kita akan mendapatkan penghasilan bersih sebesar Rp. 1,2 juta. Bandingkan dengan tanaman sawi. Dalam ukuran luas yang sama, dalam satu kali tanam, kita hanya membutuhkan sebesar Rp. 657 ribu. Namun setelah panen, kita akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 2,5 juta. Tanaman sawi hanya membutuhkan waktu 25 hari untuk bisa dipanen. Jika dibandingkan dengan padi, hasilnya sangat jauh. Disini juga waktunya lebih efisien dan singkat,” jelas Mahmudi.
Hal yang sama juga terjadi pada tanaman kangkung darat. Dalam satu kali tanam, dibutuhkan biaya sebesar Rp. 692 ribu. Namun setelah dipanen akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 2,4 juta. Padahal dalam satu kali tanam, kangkung bisa panen lebih dari satu kali. Umur masa panen tanaman kangkung sama dengan tanaman sawi. “Budidaya tanaman sawi dan kangkung ini dapat membantu perekonomian masyarakat Desa Wringinanom Kecamatan Tongas,” lanjut Mahmudi.
Menurut Mahmudi, sebelum menanam sawi ataupun kangkung, terlebih dahulu tanah diolah dan dibuat bedeg dengan lebar satu meter dan panjang disesuaikan dengan panjang lahan. Setelah itu tanah diratakan hingga halus dan ditaburi pupuk organik. Selanjutnya, lahan tersebut diairi dan didiamkan selama satu minggu. Setelah itu benih sawi bisa langsung ditaburi. ”Supaya taburannya rata, kita biasanya mencampurinya dengan pasir. Setelah satu minggu, jika ada yang terlalu rapat kita pindahkan. Setelah 25 hari kita sudah dapat panen sawi. Untuk ukuran lahan seluas 380 m2, kita membutuhkan benih sebanyak 300 gram,” tambah Mahmudi.
Hal serupa juga dilakukan dalam budidaya tanaman kangkung. Setelah diairi dan didiamkan selama satu minggu, benih kangkung tersebut kita tancapkan ke lahan dengan jarak antara 15 hingga 20 cm. ”Dalam budidaya tanaman ini, kita selalu mengedepankan kualitas tanaman yang dihasilkan. Oleh karenanya kita menggunakan pupuk organik dari pada pupuk an organik,” ungkap Mahmudi.
Tanaman sawi dan kangkung yang menggunakan pupuk organik rasanya lebih enak dan punel, lebih tahan disimpan dan tidak mudah layu. Selain itu, juga tidak mudah patah. ”Budidaya tanaman sawi dan kangkung ini telah banyak membantu meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Wringinanom, terutama yang tergabung dalam Kelompok Tani Abdi Sentosa. Mudah-mudah, pasar penjualan sawi dan kangkung ini bisa lebih luas lagi,” harap Mahmudi. (Probolinggokab.go.id)